Senin, 06 Agustus 2018

Ku Kirimkan Dia Merpati Pos

  • Kling... kling... jaman ini sudah sangat maju, semuanya sibuk dengan perkakas mereka masing-masing, Smartphone, mungkin hanya aku yg masih ketinggalan jaman...
    Namaku Gio, Gio Syukur...
    Aku anak seorang veteran TNI, Ayahku selalu bercerita hal menjenuhkan mungkin bagi segelintir orang, tapi bagiku... cerita-cerita itu sangat penting...
    Kapan lagi aku menghabiskan waktuku bersama ayah kalau bukan begini, pikirku...
    Dia bercerita, waktu dia mencoba mendapatkan ibu... dia sendiri ragu apakah dia sanggup mendapatkan ibu... Pasalnya, ibu adalah kembang desa waktu itu, laki-laki kaya raya, dan pemuda tampan lainnya berebut memperebutkan ibu...

     
  • Lalu aku bertanya pada ayah " Apa yg membuat ibu memilih ayah? "
    Ayah hanya tertawa... dan kemudian malah menyuruhku memberi makan burung merpati peliharaan kami di halaman belakang rumah...
    Kemudian terdengar suara lembut itu memanggil...
    " Ayah, Gio, Sekar, waktunya makan siang "
    O iya, Sekar adalah adik perempuanku, Ayahku bernama Sumenep, dan Ibuku bernama Suketi...
    Makan siang itu berlangsung dengan sangat harmonis... hmmm...

     
  • Esoknya, tetangga sebelah rumahku menjual rumahnya... Ayah bertanya pada Pak Teja, kepala keluarga tetanggaku itu...  Alasan dia menjual rumahnya... Lalu diketahuilah, bahwa Pak Teja baru saja terkena PHK dari Perusahaan tempat kerjanya sebelumnya... Dia menemukan ide baru untuk membuka usaha di Yogya... dia kemudian menjual rumah untuk modalnya berusaha dan menyewa rumah sederhana disana bersama keluarganya...
    Lalu Ayah menyemangati Pak Teja... untuk tidak putus asa, sambil memberikan sedikit uang ayah pada Pak Teja, awalnya Pak Teja menolak dengan halus pemberian ayah... namun ayah membujuknya terus, dan akhirnya Pak Teja mengambilnya juga...
  • Lalu aku... melihat anak itu keluar dari rumah Pak Teja membawa beberapa barang, Ayah memperhatikan gerak-gerikku...
    " Ayo, salam perpisahan ke Eka, Gio... "
    " Eka? "
    " Lho... kita selama ini tetanggaan, moso kamu ga tau Eka " kata Ayah.
    " Eka kemari sebentar ndok... " panggil Pak Teja.
    " Iki lho Gio anak bapak... salam perpisahan dulu yo " kata Ayahku.
    " Eka... "
    " Gio "
    Lama kami berpandangan... saling tatap menatap...
    " Yo jangan lama-lama toh, yo, salamannya... " sambung ayahku.
    " ah ah ah iya, ayah gimana sich, jadi malu nich " jawabku sekenanya.
    " Saya pamit ya, mas nya " suara lembut yg tak kalah merdunya dari ibuku keluar dari mulut Eka.
    " i i i iya "
    " jadi Pak Teja... gimana saya bisa tau alamat bapak nanti " tanya Ayahku pada Pak Teja.
    " pake cara biasa aja Pak Sumenep, nanti saya yg kirim duluan "
    " iya, ok lah "
    Jujur, aku tak mengerti apa yg ayahku dan Pak Teja perbincangkan... Dan Tetanggaku itu pun pergi sudah.
  • Beberapa minggu setelahnya... seekor burung merpati terbang ke pekarangan rumah kami... Ayahku langsung keluar menyambutnya... di kaki merpati itu terdapat secarik kertas yg dibungkus plastik yg diikatkan erat di kakinya itu.
    Ayah kemudian membaca pesan di kertas itu...
    Ternyata itu dari Pak Teja...
    Dalam pesan itu disampaikan bahwa bisnis Pak Teja mengalami kemajuan pesat, dan Pak Teja mengundang ayahku untuk bergabung dengannya disana... Kemudian Pak Teja menambahkan, bahwa anaknya Eka menanyakan Gio terus... Ayah tertawa...
    " Kenapa yah? Ada yg lucu? "
    " nggak, kamu ketularan ibumu tuh "
    " kog bisa? "
    " lho... lho... lho... kog bawa bawa ibu, ono opo iki " ibuku mendengar percakapan kami.
    " iki... baca aja sayangku, anak kita laku... "
    " oalah... Pak Teja... lah iki... sopo Eka "
    Eka? pikirku dalam hati, ada apa dengannya...
  • Karna percakapan ayahku dan ibuku tadi, aku jadi kepikiran terus soal Eka... tapi aku tidak punya akses untuk menghubunginya...
    " Yah, aku mau ngomong, tapi jangan ditertawai dulu "
    " iyo, opo? "
    " Ayah punya nomor Pak Teja ora? "
    " ya ora , wkwkwk "
    " tuh kan, kan tadi aku bilang jangan ketawa "
    " iya iya maaf... "
    " kamu kenapa? " Ayahku balik bertanya.
    " aku mau ngomong sesuatu ke Eka, anak Pak Teja "
    " itu, kan ada merpati... ga tau cara pakenya, nanti ayah ajarin "
    " boleh? horeee "
  • Besoknya aku pergi ke kampus, teman-temanku sibuk bermain gadget mereka... tidak laki-laki tidak perempuan sama saja, Kemudian seekor merpati terbang ke arahku...
    Hebat...
    Dia membawa pesan dari Eka... katanya " Aku Tresno Mas Gio "
    Kawan-kawanku melihatnya... kemudian berkata
    " bro bro, udah ada gadget... pake burung, kampungan banget sch bro "
    Aku lalu pergi, kembali ke rumah...
    Aku menceritakan semuanya pada ayah dan ibu... mengenai hal di kampus tadi.
    Lalu ibu menjawab
    " kamu tau yo... hal yg membuat ibumu memilih ayah "
    " apa bu? "
    " Ayahmu orang yg berbeda, berani, dan bertanggung jawab "
    " maksudnya? "
    " Selagi laki-laki lain menggoda ibu dulu di kampung... ayahmu hanya mengirimi merpati pos... awalnya ibu tidak tau siapa yg mengirim merpati itu, isinya puisi-puisi romantis, ibu suka... sampe ibu ikutin merpatinya... eh, nyampenya ke mabes TNI... Ayahmu jaga di depan "
    " terus Ayahmu mergokin ibu, eh malah mabur... ibu deketin dch, akhirnya kami jadian, koyok ngene ndok, ga usah malu "
    " Perkembangan jaman memang boleh, bagus, tapi cara kampungan juga yg kata orang, justru lebih bagus, lebih sopan "
    " Makanya ibu bisa cinta banget sama ayah, ayo kirim lagi pesan balasannya ke Eka "
    " iya... " ^_^
    Dari situlah... Akhirnya ku kirimi dia terus pesan hatiku lewat Merpati Pos... sampai kami menikah.

    Gio Syukur