" uhuk uhuk uhuk " aku pura-pura batuk. " kenapa kamu batuk? sengaja
ya? " Venesia seakan tahu. sial. " Ehemmmmmmmmmmmmm, bukan... sepertinya
ada sesuatu yg mengganjal di tenggorokan " " Baik, biar aku yang
mengambilkan minum. Ibu dimana minum yang biasa diminum oleh Ben " Dia
memanggil Ibuku dengan panggilan Ibu seakan sudah akrab saja... aduh. "
Itu disana, di dapur. Dari sini lurus terus ambil kiri... cari saja air
di pendingin. " sambung Ibuku tersenyum. Secepat kilat Venesia langsung
mengerti begitu saja. Dan air pun sudah datang... " Terima Kasih Ibu,
Ayo Ben diminum... Apa mau aku tegukkan " " Jangan-jangan... tidak usah,
biar aku sendiri saja " Aku pun minum. Ibu dan Santiago tertawa di
Ruang Tamu... Begitulah... Venesia sudah menjadi bagian dari kisah
singkat yg baru saja aku alami. Namun timbul pertanyaan besar dalam
diriku... Darimana dia tahu nama lengkapku. Aku pun bertanya pada
Venesia.. " Nona kecil, boleh aku bertanya sesuatu... " " hmmm apa? "
sahut Venesia. " Darimana kamu tahu aku, dan nama lengkapku mendetail? "
" dari Perawat ruangan tempat aku dirawat, dia menunjukkan fotomu dan
memberitahukan namamu... katanya dia juga suka kamu, tapi aku tidak suka
sikapnya yg begitu, huhhhhh. Aku hanya bisa menyaksikan kamu dari
seberang kamar... sebab kamu ada di seberang kamarku... di Ruang
Jompo... benar kan? ". " eheeee... :') tidak tahu. " kembali aku begitu.
" kalau tidak salah nama Perawat itu... Cicilia " " oh... Cicilia, dia
Perawat nenekku dulu yang sekarang sudah meninggal, dia memang cantik " "
huffffffffffffffffffffffffhhhhhhhhhh " Venesia seakan cemburu, atau
memang cemburu. sudahlah. " Baiklah waktu berkunjung sudah habis nona,
mari kita pulang... biarkan sahabat terbaikku Ben istirahat dengan
tenang... ayoooooooo " Santiago Sang penolongku, Terima kasih Santiago. "
Tidak mau, aku belum mau pulang. Kau saja sendiri sana yg pulang
bersama hewan ternak " " Ayoooo nona bandel.... " Santiago pun menyeret
Venesia yg memang lebay ini pulang. Dan akhirnya aku pun selamat. lho
kog?. hahaha :D ya! benar! selamat.
Empat hari sudah
berlalu, Santiago dan Venesia rajin sekali berkunjung setelah pulang
sekolah. Aku malah mendoakan semoga Venesia terpikat dengan Santiago
empat hari belakangan saat aku tidak berada di sekolah. ya! semoga
saja... hmmmm. Setelah empat hari itu, besoknya aku masuk kembali ke
sekolah. Suasana seperti biasa di sekolah walau aku tidak ada selama
empat hari... yahh mungkin karna aku orang miskin, jadi tidak terlalu
diperhatikan di lingkungan elite sekolahku ini. Bukan sebuah kebanggaan
juga kurasa berstatus sebagai orang miskin, sebab semuanya serba
terbatas. Ok! Aku mulai memasuki kelas, teman-teman sekelasku tidak
menegurku seperti tidak pernah terjadi apa-apa kepadaku... Miriam, Desy,
Martha gerombolan girlies itu hanya memandangiku seperti memandang
orang mati yang baru bangkit saja, waw mereka terheran-heran atau malah
jijik karna wajahku yg masih membekas tiga goresan luka yang sepertinya
tidak akan bisa hilang. Kulihat Venesia belum datang dan Santiago juga
belum terlihat. Mungkin karna aku terlalu pagi datang.
Aku
lalu bertanya pada Bell " Bell, hai. Kau melihat Santiago, anak Rich.
Pak Rich " " Tadi kulihat dia di belakang gudang bersama Venesia anak
baru itu dan beberapa gerombolan Berandalan, kurasa bakal terjadi
kejadian seru " " Apa? Hei yang benar kau? " Aku lalu bergegas ke arah
belakang gudang. Belakang gudang memang terhubung dengan rumah penduduk,
gerbangnya selalu terbuka karna selama ini selalu aman... sebab para
guru biasa pulang lewat situ juga biar lebih simpel, termasuk Pak Rich.
Aku sampai ke lokasi, dan kulihat memang berandalan yang mengeroyokku
yang sedang Santiago dan Venesia temui. Nampak Venesia melipat kedua
lengan bajunya ke atas. Dan Santiago juga melipat kedua tangannya ke
dada. Aku bersembunyi... saat itu jam menunjukkan pukul 07.00, setengah
jam lagi bel sekolah berbunyi. Aku berpikir... Apakah Santiago dan
Venesia akan berduel dengan mereka demi membela aku. Ohhh, bagaimana
ini? Venesia lalu mulai melompat, dan meninju salah satu berandalan itu.
DUAGHHHHHHHHHHHHHHHHHH, Santiago menyusul dengan menendang salah satu
berandalan. Sepertinya Venesia jago bela diri. Kalau Santiago memang
jebolan karateka. Ahhhhhhhhh, pusing aku dibuatnya. Sebenarnya apa yg
sedang terjadi? Semakin seru saja pertarungan yang sebentar lagi menuju
klimaks. Dan itu dia, Berandalan yang memegang pisau mendekati
Venesia... Dan mengayunkan pisaunya tepat ke depan Venesia. "
JRATSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS " bunyi pisau itu mengenai bahu Venesia.
anehnya tidak ada satu murid pun yg datang kemari. Dan serangan
berikutnya mengincar dada Venesia... Sepertinya kali ini Venesia tidak
dapat mengelak.
>>>> to be continued.
 |
Berandalan yang mengganggu Venesia |
 |
Emily (Pemilik Kedai Kopi) |
 |
Cicilia (Perawat Venesia dulu) |
 |
Lucas Gastanyo |
 |
Alehandro Gastanyo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar